ABOUT MAMA


Ku putar kembali ingatanku berapa ribu hari yang lalu, saat usia ku menginjak tujuh tahun, saat pertama kali aku menginjak dunia pendidikan. Kulihat para ibu mengantar kan putra-putri yang sebaya denganku, untung lah tempat mencari ilmu yang biasa dikatakan ‘sekolah’ itu tidak jauh dari rumahku jadi aku berangkat sendiripun tak masalah.

“hallo, siapa namamu nak? Dan dimana ibumu mengapa tidak mengantar?” ku dengar seorang ibu menyapaku, lalu aku hanya terdiam menunduk dan menggelengkan kepala.
“hey, kenapa diam saja.. dimana ibu mu?” tanya nya lagi.
“mama ku sedang sakit jadi tidak bisa mengantar”
“wah, ini kan pertama kali kamu masuk sekolah harus nya ibu mu menemani mu tapi kalau sakit semoga cepat sembuh ya, bagaimana dengan ayahmu?”
“papa bekerja” kulihat ibu itu hanya tersenyum dan menganggukan kepala nya sebagai tanda bahwa ia telah mengerti.

Ku dengar bel telah berbunyi pertanda siswa/i harus masuk kedalam kelas masing-masing yang sudah tertera nama didepan pintu, untung aku telah bersama ibu tetangga ku jadi ia yang memeberitahu dimana letak kelas ku berada. Kelas dimulai dengan perkenalan guru dan murid lalu sedikit mengulas pelajaran dan diakhiri dengan bernyanyi. 

Aku berlari masuk kedalam rumah ku, ku buka kamar orangtua ku dan ku lihat mama ku sedang duduk terdiam, aku mendekati nya dan bertanya “mama, apakah mama lapar?” ia hanya tersenyum kepadaku, langsung saja ku ambilkan makanan yang telah ayah sediakan sebelum berangkat kerja dan ku berikan pada mama ku.

Aku kembali kekamar ku, ku tutup pintu naik ke atas kasur mengingat kejadian tadi pagi ketika seseorang menannyakan keberadaan ibu. Yah, dari kecil aku telah menerima keadaan mama seperti ini. Bukan. Mama bukan sakit secara fisik, namun mama sakit secara psikis entah apa yang membuat nya seperti itu yang bisa ia lakukan hanya duduk, melamun, makan dan tidur Komunikasi pun jarang. Jangan tanya mengapa tak di obati, papa sudah membawa kemana-mana namun tak satu pengobatan pun berhasil.

Inilah hidupku yang kurang dari kata kasih sayang orang tua, papa sibuk berkerja mama tak seperti layaknya ibu biasanya dan kakak laki-laki yang cuek. Hanya aku sendiri. Hingga pada saat dimana aku tumbuh memasuki masa pubertas aku jengah dengan semua ini, rasa kecewa muncul pada mama. Apa guna hadir mama yang tak bisa apa-apa? Ku tinggalkan aktifitas biasa mengurus mama untuk bermain bersama teman-teman.

Hingga pada saat kejadian menyadarkan ku akan ada nya mama, ketika aku berumur tujuh belas tahun papa pergi meninggalkan kami dengan perempuan lain. Aku baru menyadari satu-satunya yang kupunya hanya mama. Mulai saat itu mata ku terbuka untuk kembali melihat ia, mengingat saat dulu kecil ku mengurus nya, lucu bukan.. anak kecil yang mengurus orangtua, bukan kah berbalik? Biarlah kujalani hidup ku seperti ini, aku yakin dan percaya bahwa harapan itu selalu ada untuk mama yang sembuh hanya saja aku tak tau kapan tiba mukjizat itu.

Dear mama,
Dengarkanlah.. saat kau sembuh nanti
Bunga-bunga berbaris rapi menyambutmu, kan kubuatkau sewangi melati, kan kubuat kau seperti ratu di negeri dongeng, kan kubuat kau bak bintang yang paling bersinar diantara bintang-bintang lainya, aku merindukan mu mama.. belailah rambutku, pijatlah lenganku, usaplah dahiku, aku ingin membasahi pangkuanmu dengan air mataku. MH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAMA KAULAH BINTANG

cinta menurut gue itu..

fallin in love again